Powered By Blogger

Jumat, 22 Oktober 2010

kehidupan...


Bayangkanlah sebuah kolam luas,
Kolam itu tenang,
saking tenangnya terlihat bak kaca.

Tiba-tiba hujan deras turun..
Bayangkan,
ada berjuta bulir air hujan yang jatuh di atas air kolam, membuat riak..
Jutaan rintik air yang terus-menerus berdatangan

membentuk riak, kecil-kecil memenuhi seluruh permukaan kolam…

Begitulah kehidupan ini,
bagai sebuah kolam raksasa.
Dan manusia bagai air hujan yang berdatangan terus-menerus, membuat riak..
Riak itu adalah gambaran kehidupannya.

Siapa yang peduli dengan sebuah bulir air hujan yang jatuh ke kolam, menit sekian, detik sekian? Ada jutaan bulir air hujan lain, bahkan dalam sekejap riak yang ditimbulkan tetes hujan barusan sudah hilang, terlupakan, tak tercatat dalam sejarah…

Siapa yang peduli dengan anak manusia yang lahir tahun sekian, bulan sekian, tanggal sekian, jam sekian, menit sekian, detik sekian? Ada miliaran manusia, dan bahkan dalam sekejap, nama, wajah, dan apalah darinya segera lenyap dari muka bumi! Ada seribu kelahiran dalam setiap detik, siapa yang peduli?
Itu jika engkau memandang kehidupan dari sisi yang amat negatif..

Kalau engkau memahaminya dari sisi positif,
maka kau akan mengerti ada yang peduli atas bermiliar-miliar bulir air yang membuat riak tersebut,
Peduli atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam, sekecil atau sekejap apapun riak itu..

Dan saat kau menyadari ada yang peduli,
maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil..
Sekecil apapun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat..

Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan..
Tak ada yang bisa mengubahnya, kecuali satu!
Yaitu Kebaikan..
Kebaikan bisa mengubah takdir..
Nanti engkau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu..
Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang dilakukan dengan sengaja..

Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu,
Seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa mengubah siklusnya,
Maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik..
Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia,
Mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain,
Tapi dia tetap mengisi sebaik mungkin…

(Rembulan Tenggelam di Wajahmu – Tereliye)

Rindu Rintik hujan


Rindu rintik hujan, rindu bulir-bulir air.

Beningmu layaknya layar kecil mengisahkan banyak hal. Memutar cerita lalu bahkan asa masa depan. Tentang ceria di kaki gunung. Tentang hingar-bingar kota besar yang dulu kuhampiri. Juga sepenggal kisah pertemuan dengannya bidadari.

Rindu rintik hujan, rindu bulir-bulir air.

Kuseduh dingin hujan menjadi hangat senyum senang. Semilir angin membimbingmu menerpa segala benda. Mengembun indah pada balik-balik kaca. Hadirmu melintaskan dia dibenak kepala. Adakah dia juga merasa sama? Ah...kamu berhasil membawa sedikit harumnya melintas ke dalam kamar.

Rindu rintik hujan, rindu bulir-bulir air.

Kamu menembus perlahan ke dalam balik baju. Berlari sedikit aku menghindar, hanya karena takut kuyup. Seketika keringat enggap untuk melawan. Mawar dihalaman itu tampak senang. "Aku terlihat lebih segar" katanya. Wangi-wangi basah menyeruak segala arah. Ini sangat aku suka.

Rintik hujan...turunlah lagi.
Memutar cerita lalu juga asa masa depan. Terpa semua ilalang, goyang dengan angin yang menyertaimu. Jangan takut aku tak suka karena aku pasti riang gembira. Begitulah adanya kamu, mengasikkan. Bawalah cerita tentang dia di kota itu. Ceritakan dia baik-baik saja. Segera setelah itu, bawa sedikit rindu ini. Ambil sebagian untukmu dan sebagian lain sampaikan di balik kaca jendela kamarnya. Ceritakan ada aku disini, masih dengan harapan yang sama. Aku suka dia.

Kenapa pelangi itu indah???


Setelah rinai hujan reda, ada keindahan yang ditunggu oleh jutaan pasang manusia di permukaan bumi ini. Namun sayang, keindahan itu tidak muncul pasti setiap hujan reda. Sebuah konfigurasi warna yang terlukis di atas langit. Warna itu terdiri dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.

Hidup itu Penuh Warna?
Hidup ini tentu tidak hanya hitam saja, atau hitam dan putih saja, banyak warna yang bertebaran di sekitar kita, warna kulit penghuni bumi ini juga berbeda-beda, ada yang putih, hitam dan coklat. Itu hanya dari warna kulit saja, belum lagi tentang suku, ratusan suku tinggal di bumi ini juga. Mereka punya budaya dan cara hidup yang berbeda-beda, satu dengan yang lain tidak bisa kita samakan. Jika salah satu suku di dunia ini adalah makanan pokoknya jagung, maka kita tidak bisa memaksakan mereka untuk beralih makan nasi sebagai makanan pokoknya. Atau jika rumah mereka terbuat dari rumbai-rumbai, kita menganggap bahwa rumah yang atapnya terbuat dari rumbai itu jelek.

Ukuran bagus dan jelek tidak bisa kita samakan, apakah rumah panggung lebih bagus dengan rumah rumbai-rumbai atau tembok? Jika terjadi gempa di daerah yang rumahnya terbuat dari rumbai-rumbai, maka korbannya akan sedikit. Tetapi jika terjadi banjir di rumah yang terbuat dari tembok, maka akan mengurangi korabn yang jatuh. Jadi, ukuran bagus dan jelek tergantung dari sudut pandang kita melihatnya.

Masih ingat dengan cerita si buta yang diminta mendefinisikan gajah. Si buta yang pertama akan mengatakan panjang karena yang ia pegang adalah belalainya. Si buta yang kedua memegang badanya, maka ia akan mengatakan bahwa gajah itu lebar.

Kenapa Pelangi itu Indah?
Sebuah pertanyaan yang layak kita urai di tengah keberagaman suku, budaya dan agama di negeri sejuta warna ini. Kenapa pelangi itu disebut indah? Coba bayangkan, jika yang terlukis di atas langit itu hanya warna biru saja, atau kuning saja. Apakah jadi indah? Atau bayangkan saja, jika di dunia ini hanya ada dua warna, hitam dan putih. Bila kita sempitkan lagi, warna di dunia ini hanya tunggal alias satu, hitam.
Pelangi itu indah karena mereka berbeda warna yang terdiri dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Mereka tidak sama warnanya. Jika mereka sama, maka tidak akan menjadi indah, mereka saling melengkapi satu dengan yang lain, sehingga menjadi konfigurasi warna yang begitu indah di atas langit. Begitu juga dengan manusia seharusnya menyadari bahwa mereka mempunyai perbedaan satu dengan yang lainnya. Bukan menjadi sebuah masalah untuk hidup berdampingan satu dengan yang lain.

Tetapi, yang menjadikan itu semua bermasalah adalah menyeragamkan kehidupan ini, semua harus sama, semua harus putih atau hitam atau merah. Justru itu yang akan membenturkan harmoni kehidupan ini. Jangan menyatukan semua agama, ras, dan suku dengan dalih pluralisme karena sejatinya mereka berbeda. Biarkan mereka berkata “Bagiku agamaku, bagimu agamamu”.

Biarlah yang biru dengan kebiruannya, biarlah yang hijau dengan kehijaunnya, karena akan terbentuk sebuah warna yang indah. Seperti sebuah pelangi. Indah bukan?
Pelangi pelangi
Alangkah indahmu,
Merah kuning hijau
di langit yang biru,
Pelukismu agung
Siapa gerangan,
Pelangi pelangi
Ciptaan Tuhan….