Powered By Blogger

Jumat, 22 Oktober 2010

Rindu Rintik hujan


Rindu rintik hujan, rindu bulir-bulir air.

Beningmu layaknya layar kecil mengisahkan banyak hal. Memutar cerita lalu bahkan asa masa depan. Tentang ceria di kaki gunung. Tentang hingar-bingar kota besar yang dulu kuhampiri. Juga sepenggal kisah pertemuan dengannya bidadari.

Rindu rintik hujan, rindu bulir-bulir air.

Kuseduh dingin hujan menjadi hangat senyum senang. Semilir angin membimbingmu menerpa segala benda. Mengembun indah pada balik-balik kaca. Hadirmu melintaskan dia dibenak kepala. Adakah dia juga merasa sama? Ah...kamu berhasil membawa sedikit harumnya melintas ke dalam kamar.

Rindu rintik hujan, rindu bulir-bulir air.

Kamu menembus perlahan ke dalam balik baju. Berlari sedikit aku menghindar, hanya karena takut kuyup. Seketika keringat enggap untuk melawan. Mawar dihalaman itu tampak senang. "Aku terlihat lebih segar" katanya. Wangi-wangi basah menyeruak segala arah. Ini sangat aku suka.

Rintik hujan...turunlah lagi.
Memutar cerita lalu juga asa masa depan. Terpa semua ilalang, goyang dengan angin yang menyertaimu. Jangan takut aku tak suka karena aku pasti riang gembira. Begitulah adanya kamu, mengasikkan. Bawalah cerita tentang dia di kota itu. Ceritakan dia baik-baik saja. Segera setelah itu, bawa sedikit rindu ini. Ambil sebagian untukmu dan sebagian lain sampaikan di balik kaca jendela kamarnya. Ceritakan ada aku disini, masih dengan harapan yang sama. Aku suka dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar